[Dongeng Korea] Si Penebang Kayu dan Sang Bidadari

on in Culture

Dongeng “나무꾼과 선녀” (Sang Penebang Kayu dan Sang Bidadari) merupakan salah satu cerita rakyat Korea yang sangat terkenal dan telah diwariskan dari generasi ke generasi. Cerita ini juga ditemukan dalam berbagai bentuk di seluruh Asia Timur, termasuk Tiongkok dan Jepang.

Alkisah, hiduplah seorang penebang kayu yang baik hati dan hidup sederhana bersama ibunya yang sudah lanjut usia. Suatu hari, ketika sedang mencari kayu di hutan, ia menolong seekor rusa yang hampir diburu. Sebagai balasan, rusa itu memberi tahu tentang tempat para bidadari turun untuk mandi dan menyarankannya untuk menyembunyikan salah satu baju bersayap mereka.

Mengikuti saran rusa, sang penebang kayu menyembunyikan baju bersayap salah satu bidadari. Bidadari itu terpaksa tinggal bersamanya karena tidak bisa kembali ke kahyangan. Meski awalnya terpaksa, lambat laun mereka hidup bahagia, membangun rumah tangga, dan dikaruniai anak. Kehidupan bersama yang indah pun terjalin di antara mereka.

Namun, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Suatu hari, sang penebang kayu menunjukkan baju bersayap yang ia ambil kepada istrinya. Begitu melihatnya, sang bidadari langsung memakainya dan terbang kembali ke kahyangan bersama anak-anak mereka, meninggalkan sang suami dalam kesedihan mendalam. Kesalahan fatal inilah yang memicu perpisahan tragis di antara mereka.

Rusa kembali muncul dan memberi tahu cara untuk mencapai kahyangan menggunakan ember ajaib. Sang penebang kayu mengikuti instruksi dan berhasil bertemu kembali dengan keluarganya. Namun, karena merindukan ibunya, ia akhirnya kembali pulang ke bumi menunggangi seekor kuda ajaib. Sayangnya, ia melanggar peringatan istrinya untuk tidak turun dari kuda itu. Akibatnya, kuda itu kembali ke kahyangan tanpa dirinya, membuatnya terpisah dari keluarganya untuk selamanya. Upaya penyatuan kembali yang sia-sia ini semakin memperparah kegetiran nasibnya.

Kisah ini memiliki kesamaan dengan mitos Tiongkok “견우와 직녀” (Sang Pengembala dan Sang Penenun). Dalam mitos tersebut, sang pengembala (견우) dan sang penenun (직녀) dipisahkan oleh Bima Sakti dan hanya bisa bertemu setahun sekali. Di beberapa versi, sang pengembala berperan sebagai penebang kayu, dan sang penenun ibarat bidadari yang bajunya disembunyikan sehingga tidak bisa kembali ke kahyangan.

Cerita serupa juga ditemukan dalam cerita rakyat Jepang dan Mongolia, di mana baju seorang gadis kahyangan disembunyikan oleh manusia, mengarah pada pernikahan dan perpisahan di akhir. Cerita-cerita ini sering menekankan tema cinta, kehilangan, dan konsekuensi melanggar tabu.

Kisah ini merupakan bagian dari kategori mitos “Sang Bidadari Angsa” yang ditemukan di seluruh dunia, termasuk Indonesia dengan kisah Jaka Tarub. Mitos-mitos tersebut biasanya melibatkan seorang pria yang menangkap wanita supranatural dengan menyembunyikan pakaian ajaibnya, mengarah pada pernikahan dan akhirnya berpisah ketika pakaian itu ditemukan.

  • Tabu dan Konsekuensi
    Tema sentral dalam “선녀와 나무꾼” adalah pelanggaran tabu, seperti menunjukkan baju yang disembunyikan atau turun dari kuda ajaib. Hal ini mengarah pada perpisahan yang tak terelakkan, mencerminkan gagasan bahwa ada batasan tertentu antara alam manusia dan alam ilahi yang tidak boleh dilampaui.
  • Transformasi dan Kelahiran Kembali
    Di beberapa versi, sang penebang kayu berubah menjadi ayam jantan setelah kematiannya, melambangkan kerinduannya yang abadi pada keluarganya di kahyangan. Transformasi ini merupakan motif umum dalam mitos, mewakili sifat cinta dan kehilangan yang abadi.
  • Adaptasi Korea Utara
    Kisah ini telah diadaptasi ke berbagai media, termasuk animasi Korea Utara yang dihasilkan oleh 조선4.26만화영화촬영소 (Studio Animasi 26 April), yang dikenal atas kualitas visual dan penceritaannya yang tinggi.
  • Interpretasi Modern
    Adaptasi modern dari kisah ini terkadang memperkenalkan unsur-unsur yang lebih gelap atau realistis, seperti bidadari yang mengambil tindakan drastis terhadap sang penebang kayu, mencerminkan sensibilitas dan tema modern.

Kisah “Sang Penebang Kayu dan Sang Bidadari” merupakan sebuah cerita rakyat Korea yang telah diwariskan secara turun-temurun. Cerita ini mengisahkan pertemuan antara seorang pria sederhana dengan penduduk kahyangan yang indah. Meski awalnya hubungan mereka penuh dengan kebahagiaan, namun pada akhirnya harus berakhir tragis akibat sebuah pelanggaran. Meski menyedihkan, kisah ini tetap memikat dengan nilai-nilai universal seperti cinta, kehilangan, dan penyesalan.