Doldam, yang secara harfiah berarti “dinding batu,” merupakan elemen arsitektural khas Korea yang menonjolkan keindahan alami dan kearifan konstruksi tradisional. Dinding batu ini tidak hanya berfungsi sebagai pembatas atau pengaman, tetapi juga sebagai simbol estetika dan kebudayaan yang mendalam dalam masyarakat Korea.
Sejarah dan Asal-usul Doldam
Sejarah doldam dapat ditelusuri kembali ke Dinasti Goryeo (1234-1239), ketika seorang pejabat pemerintah bernama Kim Gu memerintahkan pembangunan dinding batu di sekeliling ladang di Pulau Jeju. Dinding ini, yang dikenal sebagai batdam, dibangun untuk menetapkan batas yang jelas dan mencegah individu yang lebih kuat mengambil alih tanah dari tetangga mereka yang lebih lemah. Selama Dinasti Joseon (1392-1897), dinding batu tebal yang disebut seongdam dibangun di sekeliling tiga kota utama Jeju dan sembilan benteng militer untuk melindungi diri dari serangan lewat laut.
Pada masa itu, kuda dan sapi dipelihara di padang rumput, dan dibangun tiga pagar luas yang disebut jatseong atau jatdam untuk mengontrol pergerakan mereka. Dinding batu rendah juga dibangun di sekeliling kuburan untuk menjaga agar hewan tidak keluar masuk area pemakaman dan melindungi gundukan makam dari api. Orang-orang membangun dinding di sekeliling rumah mereka yang disebut jibdam dan dinding sepanjang jalan dari rumah mereka ke jalan utama, yang dikenal sebagai olledam.
Khusus di Pulau Jeju, penggunaan batu basalt dalam pembangunan doldam tidak hanya berfungsi sebagai pembatas atau pelindung, tetapi juga untuk keperluan keagamaan dan kebudayaan, seperti pembangunan weondam, bendungan ikan di sepanjang pantai. Dinding batu ini menggambarkan bagaimana penduduk Jeju mengintegrasikan kebutuhan praktis dengan lingkungan alam yang keras, menciptakan bentuk arsitektur yang unik dan bermakna.
Doldam dalam Konteks Modern
Di zaman modern, keberadaan doldam terus berlanjut sebagai elemen penting dalam arsitektur dan budaya Korea. Contohnya, Deoksugung Doldam-gil di Seoul menawarkan pengalaman berjalan di jalan setapak yang dikelilingi dinding batu, menggabungkan nilai historis dengan keindahan estetika. Jalan ini menarik bagi pengunjung karena atmosfer unik yang ditawarkannya, dengan lebih dari 20 bangku dan 130 pohon yang menyertainya.
Pelestarian dan restorasi doldam menjadi bagian penting dari upaya mempertahankan sejarah dan identitas Korea. Park Sang-jin, misalnya, telah mengabdikan hidupnya untuk memelihara dan merestorasi dinding doldam di Pulau Jeju. Upayanya menggarisbawahi pentingnya doldam dalam konteks kontemporer dan perannya dalam membentuk sejarah serta identitas Pulau Jeju.
Doldam tidak hanya merupakan elemen fisik dalam lanskap Korea tetapi juga cerminan dari interaksi historis antara manusia dan lingkungannya, memainkan peran penting dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan spiritual masyarakat Korea.