Budaya Alkohol Korea

on in Food
Soju. Foto: Wikipedia

Kebudayaan minum di Korea Selatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari interaksi sosial dari negara tersebut, mencerminkan nuansa sejarah, sosial, dan budaya yang kaya. Kegiatan ini memegang peranan penting dalam membangun dan memperkuat hubungan, baik dalam lingkup personal maupun profesional. Minum bersama dianggap sebagai salah satu sarana untuk mempererat keakraban, membangun kepercayaan, dan memfasilitasi komunikasi. Berikut adalah gambaran umum dari aspek-aspek kunci dari kebudayaan minum di Korea.

Minuman beralkohol Korea memiliki sejarah panjang, dengan minuman tradisional seperti soju, makgeolli, dan dongdongju telah dibuat dan dikonsumsi selama berabad-abad. Minuman ini tidak hanya dinikmati selama perayaan atau pun festival saja, tetapi juga berperan dalam upacara ritual dan upacara leluhur, menunjukkan signifikansi budaya yang mendalam.

Minum bersama dianggap sebagai bagian esensial dari kegiatan sosial di Korea, sering kali dilakukan untuk memperkuat ikatan antar teman, keluarga, atau pun rekan kerja. Umumnya, orang Korea akan keluar untuk minum setelah bekerja dalam praktik yang dikenal sebagai “hoesik”, di mana rekan kerja dapat bersantai dan melepas stres. Praktik ini menekankan pentingnya minum dalam memelihara dan meningkatkan hubungan profesional.

Etiket minum di Korea sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai Konfusianisme, yang menekankan rasa hormat terhadap orang yang lebih tua. Beberapa aturan utama yang perlu diperhatikan adalah menggunakan kedua tangan saat menerima atau menuangkan minuman untuk seseorang yang lebih tua atau memiliki status lebih tinggi, memalingkan kepala saat minum di hadapan orang yang lebih tua, dan memastikan tidak ada gelas yang kosong. Praktik ini menonjolkan penekanan budaya terhadap rasa hormat dan kesopanan.

Soju, minuman beralkohol jernih yang didistilasi, merupakan minuman beralkohol paling populer di Korea, dikenal karena jenisnya yang beragam dan harga terjangkau. Bir (maekju) dan makgeolli (anggur beras tradisional) juga banyak dikonsumsi. Minuman ini seringkali disertai dengan “anju”, yaitu camilan atau hidangan yang secara khusus disajikan bersama dengan alkohol.

Budaya minum di Korea juga dikenal dengan berbagai jenis permainan yang dimainkan saat minum untuk meningkatkan kesenangan dan keakraban dalam pertemuan sosial. Permainan seperti “soju bottle cap flick”, “Baskin Robbins 31”, dan “Titanic” populer di kalangan muda dan tua, menambahkan elemen kesenangan dalam sesi minum.

Tren terkini menunjukkan pergeseran dalam kebiasaan minum, khususnya di kalangan generasi muda yang lebih memilih pengaturan minum yang lebih santai dan lebih sadar kesehatan. Beberapa orang kini memilih untuk minum di rumah atau dalam kelompok kecil, dan memilih minuman dengan kandungan alkohol yang lebih rendah. Pergeseran ini mencerminkan perubahan sikap terhadap alkohol dan penekanan kesehatan diri.

Mengingat budaya minum di Korea yang erat kaitannya dengan kegiatan sosial, berbagai macam obat yang dikenal sebagai “obat penawar mabuk” telah menjadi populer. Produk-produk ini, mulai dari minuman hingga pil dan bahkan permen gummy, dirancang untuk mengurangi gejala mabuk, meskipun efektivitasnya bervariasi.

Budaya minum bersama di Korea adalah perpaduan kompleks antara tradisi historis, norma sosial, dan tren modern. Kegiatan ini dapat menjadi satu jendela untuk memahami nilai-nilai dari negara Korea, seperti penekanan rasa hormat, pentingnya ikatan sosial, sekaligus penyesuaiannya dengan perubahan gaya hidup kontemporer.