Ihsan Bintang

Tempat sampah untuk daur ulang. Foto: Nareeta Martin (Unsplash)

Gerakan Anabada (아나바다 운동) adalah sebuah gerakan sosial yang muncul di Korea Selatan setelah krisis finansial IMF pada tahun 1997. Gerakan ini bertujuan untuk menghemat sumber daya dan melindungi lingkungan melalui berbagai praktik sehari-hari. Kata “Anabada” sendiri merupakan akronim dari frasa Korea “아껴 쓰고, 나눠 쓰고, 바꿔 쓰고, 다시 쓰자” yang berarti “Hemat, Berbagi, Tukar, dan Daur Ulang.”

More…

Hanafuda, asal dari kartu hwatu Korea. Foto: Marcus Richert

Hwatu adalah permainan kartu tradisional Korea yang berasal dari hanafuda Jepang, yang diperkenalkan pada akhir abad ke-19 atau awal abad ke-20. Permainan ini menggunakan satu dek yang berisi 48 kartu dengan ilustrasi dan tema yang menggambarkan alam serta pergantian musim. Hwatu telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Korea, mencerminkan dinamika sosial dan tradisi rekreasi di negara tersebut.

More…

Benteng Jinju. Foto: Visit Korea

Benteng Jinju adalah benteng batu bersejarah yang terletak di Gyeongsangnam-do, Korea Selatan. Benteng ini menjadi saksi bisu atas ketangguhan bangsa Korea selama invasi Jepang pada akhir abad ke-16. Awalnya dibangun untuk melawan serangan bajak laut, benteng ini kemudian terkenal karena perannya yang krusial dalam Perang Imjin. Kini, benteng ini menjadi landmark budaya dengan museum dan festival yang merayakan sejarah sekaligus tradisi Korea.

More…

Dongchimi. Foto: Maangchi

Dongchimi adalah kimchi segar yang berair dari Korea. Kimchi ini menawarkan alternatif yang ringan dengan cita rasa asam dibandingkan dengan varietas kimchi umumnya yang lebih pedas. Terbuat dari lobak Korea, makanan fermentasi ini biasanya disiapkan pada akhir musim gugur ketika rasa manis dari lobak mencapai puncaknya.

More…

Demonstrasi damai di Seoul, 1919. (Public domain photo)

Gerakan 1 Maret 1919 menandai momen penting dalam perjuangan Korea untuk merdeka dari penjajahan Jepang. Gerakan ini memicu serangkaian protes damai yang menyebar ke seluruh negeri, membentuk perjuangan bangsa untuk kedaulatan dan identitas nasional selama beberapa dekade berikutnya.

More…

Patung Haetae. Foto: Carty239 (Wikipedia)

Haetae, yang juga dikenal sebagai Haechi atau “singa bertanduk satu,” adalah makhluk legendaris dalam mitologi Korea yang melambangkan keadilan dan perlindungan. Berakar dari cerita rakyat Tiongkok kuno, makhluk ini kemudian menjadi simbol penting dalam budaya Korea, terutama sebagai lambang resmi Seoul sejak 2009.

More…

Korea Selatan menghadapi tantangan besar dengan angka kelahiran yang sangat rendah. Pada tahun 2023, angka kelahiran mencapai rekor terendah, yaitu sebesar 0,72. Presiden Yoon Suk Yeol menyatakan situasi ini sebagai “darurat nasional” dan telah meluncurkan berbagai inisiatif untuk mendorong kelahiran dan mendukung keluarga. Artikel ini akan membahas lebih lanjut tentang langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah Korea Selatan untuk mengatasi masalah ini.

More…

Shio. Foto: Christopher Gerry (Unsplash)

사주 (saju) adalah konsep astrologi tradisional Korea dan Tiongkok yang menggunakan tahun, bulan, hari, dan jam kelahiran seseorang untuk meramalkan nasib dan keberuntungan mereka dalam hidup. Sistem ini, yang dalam bahasa Korea diterjemahkan menjadi “empat pilar,” didasarkan pada keyakinan bahwa keempat elemen ini mewakili pilar dasar kehidupan dan takdir individu.

More…

Rumput laut Gamtae. Foto: Gotham Grove, Badasoop

Gamtae adalah rumput laut langka yang ditemukan di dataran pasang surut yang bersih di Korea Selatan. Bahan makanan ini telah menarik perhatian koki dan penggemar kuliner di seluruh dunia karena profil rasanya yang unik dan manfaat nutrisinya. Dengan sejarah panjang yang dimulai dari Dinasti Chosun, bahan yang dulunya tidak dikenal ini kini meraih ketenaran berkat upaya berbagai pihak seperti Badasoop, yang mempromosikan gamtae sebagai makanan mewah.

More…